Senin, 29 Februari 2016

TOKOH AGAMA HADIR KETIKA NEGARa ABSEN DALAM PENGHAPUSAN PRTA

BANDAR LAMPUNG, GERBANGSUMATRANEWS.COM – Pelibatan seluruh komponen masyarakat untuk mengkampanyekan Penghapusan Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA) terus dilakukan oleh para pegiat perlindungan anak di Provinsi Lampung. Belum lama ini, Lembaga Advokasi Anak (Lada), Lampung Membangun (LAMBANG) didukung Jaringan LSM Penanggulangan Pekerja Anak (JARAK) Jakarta dan International Labour Organisation (ILO) menyelenggarakan lokakarya bertajuk “Peran Tokoh Agama dalam Mempromosikan Kerja Layak bagi Pekerja Rumah Tangga (PRT) dan Penghapusan Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)”.

Pertemuan perwakilan tokoh-tokoh agama se-Lampung yang juga dihadiri Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA Tubaba), Elia Sunarto diselenggarakan di Hotel Amalia-Bandar Lampung, Selasa (23/2). Lokakarya menghadirkan pembicara ; M. Nour dari ILO Promote, Achmad Marzuki, Direktur JARAK, Suster VincentIA HK dari Mitra ImaDei-Jkt, Dr. Dedy Hermawan, Sos., M. Si (FISIP Unila) dengan moderator Dede Suhendi dari Save Children Lampung.
Menurut Direktur Lampung Membangun (LAMBANG), Aye Sudarto yang disampaikan kepada kontributor Gerbang Sumatera News, kegiatan dimaksud bertujuan (1) Mensosialisasikan kerja layak bagi PRT dan Penanggulangan PRTA bagi tokoh-tokoh agama; (2). Merumuskan langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan oleh tokoh-tokoh agama dalam turut mempromosikan kerja layak untuk pekerja rumah tangga dan penanggulangan pekerja rumah tangga anak; serta (3). Merumuskan bagaimana memantau implementasi langkah-langkah praktis tersebut.
Pada kesempatan tersebut Direktur JARAK Marzuki menyebutkan, nilai-nilai kesetaraan, keadilan, kesamaan derajat dan etika pastinya ada disetiap agama. Maka dari itu melalui para tokoh agama diharapkan mampu untuk mempromosikan dan bahkan mengurangi PRTA. Marzuki juga mengajak semua peserta untuk memiliki kepekaan sosial guna mensukseskan kampanye yang digalang jejaring perlindungan anak di Lampung.
Dedi Hermawan menyebut, keterlibatan peran tokoh agama ini semakin menguatkan pandangan lemahnya kapasaitas negara/pemerintah dan merepresentasikan pentingnya kedudukan agama ditengah masyarakat yang membantu manusia selamat dunia dan akhirat. Suster Vincent berkata promosi terkait isu-isu PRTA paling mudah yang bisa dilakukan adalah dimulai dari keluarga kita masing-masing. Berdasarkan pengalaman Vincent melakukan pendampingan selama 10 tahun di Bekasi dan Tanggerang hal sepele tapi susah untuk dilakukan adalah merubah perilaku kita mengganti kata pembantu dengan istilah pekerja.
Pekerjaan PRT atau sektor domestik merupakan lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Mayoritas ditempati perempuan dari keluarga miskin, pendidikan SD/SMP dan bekerja tanpa kontrak, banyak terjadi diwilayah perkotaan. Analisis data Sakernas dan Susenas tahun 2012 yang dilakukan oleh ILO Jakarta menunjukkan bahwa terdapat sekitar 2,6 juta jiwa yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Terdapat sekitar 110.000 anak usia 15 hingga 17 tahun yang bekerja sebagai PRT.
Menurut studi yang dilakukan ILO 2002/2003, PRTA secara nasional diperkirakan sekitar 700.000 anak, sedangkan analisis ILO atas data dari Survei Pekerja Anak yang dilaksanakan oleh BPS pada tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah PRTA mencapai 237.000 anak yang usia 10 hingga 14 tahun.
M. Nour dari ILO Promote menjelaskan, kerja layak adalah pekerjaan yang dilakukan atas kemauan/pilihan sendiri, memberi penghasilan cukup untuk biayai hidup secara layak dan berharkat. PRT adalah orang yang bekerja pada orang perserorangan dalam rumah tangga untuk melaksanakan pekerjaan kerumahtanggaan dengan menerima upah. Sedang PRTA adalah orang yang berusia di bawah 18 tahun yang melakukan pekerjaan rumah tangga bagi orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan gaji. (ES/Aye).

https://t.co/PbdDepJ26U

3 komentar: